Di tengah-tengah kesengsaraan yang kualami, aku
memperoleh kenikmatan dengan hadirnya bias sinar yang terpancar sekilas
bagai bintang jatuh dan berkedip diatasku dalam wujud seorang wanita –
atau bahkan mungkin malaikat. Dalam terang, aku melihat semua
kepicikan keberadaanku ditangkap kemuliaan dan kemegahan sinar yang
hadir bersamanya. Ketika kemudian kecerahan itu memudar kembali ke
dalam pusaran kegelapan, aku takut ia ikut terikat di dalamnya dan
menghilang. Dan aku tidak memiliki kemampuan mempertahankan bias sinar
tersebut.
Entah
sudah berapa lama sejak aku kehilangan dia dari pandangan. Namun mata
sihir, dengan cahaya yang terpancar dari matanya, masih tercetak jelas
dalam benakku setiap kali. Bagaimana aku bisa melupakannya ?
Keberadaanya seperti memiliki kaitan erat denganku.
Aku tidak akan pernah menyebutkan namanya.
Untuk
saat ini, aku hanya akan menggambarkannya sebagai sosok ramping yang
bercahaya, diselimuti kabut, bersinar dengan mata yang selalu
bertanya-tanya tentang kehidupanku yang perlahan-lahan mulai terbakar
dan mencair karenanya. Ia bukan milik dunia. Dunia ini terlalu kejam
untuk dapat memilikinya. Tidak, saya tidak akan menodai namanya dengan
hal-hal yang sifatnya duniawi.
Setelah dia pergi, aku menarik
diri dari kegiatan manusia, dan berlindung dalam buaian anggur. Hidupku
berlalu dan terus berlalu dalam kungkungan ke empat dinding yang
membatasi diriku dari dunia luar....
By : Herman
0 komentar:
Post a Comment