Ada rasa nyeri yang perlahan mengikis pikiranku dalam keheningan.
Rasanya
tidak akan mungkin aku menyampaikan bagaimana rasa yang kuderita.
Karena kuyakin, orang-orang cenderung untuk mengartikan penderitaan tak
terbayangkan yang kualami ke dalam kategori kejadian luar biasa.
Penyebutan mereka terhadap derita yang kualami cenderung memprovokasi
timbulnya senyum tidak percaya dan cemooh. Tentu saja mereka tidak paham
karena ketidaktahuan dan belum ditemukannya obat untuk penyakit yang
kuderita.
Pembebasan atas deritaku hanya dapat kuperoleh dengan
menenggelamkan diriku pada sesuatu, meskipun aku tahu efek tersebut
hanya sementara. Setelah pada titik tertentu, bukannya mengurangi rasa
sakit, justru akan meningkatkan penderitaan yang kualami.
Siapa
pun tidak akan pernah menembus rahasia penyakit yang kuderita. Karena
rasa sakitnya mampu melampaui pemahaman manusia terhadap derita, seperti
refleksi bayangan roh yang diwujudkan dalam koma antara kematian dan
kebangkitan, antara tidur atau ketika terjaga?
Aku berharap hanya aku yang akan mengalami kasus penderitaan ini.
Aku
pribadi prihatin dan merasa hancur, sepanjang hidupku aku tidak akan
pernah dapat mengarahkan pikiran itu dari pikiranku. Kesan yang
ditimbulkannya telah sampai pada tingkat yang melebihi pengertian
manusia, dan pelan-pelan meracuni hidupku di masa akan datang.
Aku
akan mencoba menjelaskan apa yang ku ingat, mengurai kembali apa yang
tersisa dalam benakku dari semua urutan peristiwa yang telah kualami.
Mudah-mudahan aku bisa menarik kesimpulan dari semua - tetapi tidak,
semua kejadian itu telah lama berlalu. Aku mungkin berharap bisa
dipercaya oleh orang lain atas apa yang kualami atau setidaknya dapat
meyakinkan diriku sendiri, karena setelah semua kuungkapkan, bukan
merupakan masalah lagi apakah orang lain percaya padaku atau tidak.
Hanya satu ketakutanku ; bahwa besok, aku akan mati tanpa sempat
mengenal diriku sendiri.
Jika aku memutuskan sekarang menulis, itu
karena karena hanya ingin mengungkapkannya kepada bayangan diriku.
Bayangan yang sekarang merayap hingga ke dinding dengan sikap dan nafsu
tak terpuaskan untuk melahap setiap kata-kata yang telah kutuliskan.
Aku toh tetap akan mencobanya.
Siapa
yang tahu? Kita mungkin dapat saling mengenal satu sama lain dengan
lebih baik. Karena setelah ini, aku akan memutuskan semua ikatan yang
menghubungkanku dengan manusia lainnya, dan berharap dapat mencapai
pemahaman yang lebih baik bagi diriku sendiri.
Pikiran yang tidak beralasan ? Mungkin.
Mereka
telah menyiksaku dengan kejam. Lebih kejam dari kenyataan yang dapat
dilakukan terhadap manusia lainnya. Apakah ada yang salah bagi
manusia yang telah memiliki kebutuhan dan gairah yang sama seperti yang
kualami ? Apakah mereka adalah bayangan yang muncul dan selalu
mengejekku ? Apakah semua yang kurasakan, lihat dan pikirkan adalah
sesuatu yang abstrak dan tak berbentuk, sesuatu yang sama sekali
berbeda dengan kenyataan ?
Aku tidak tahu.
Yang aku tahu,
aku akan menulis untuk bayanganku yang kini terbentang di dinding
karena cahaya lampu yang menerangi dan aku berkewajiban menyatakan
diriku kepadanya.
By : Herman
0 komentar:
Post a Comment