Wednesday, June 10, 2015

Memoar - Dunia Retak 3

Ada rasa nyeri yang perlahan mengikis pikiranku dalam keheningan.

Rasanya tidak akan mungkin aku menyampaikan bagaimana rasa yang kuderita. Karena kuyakin, orang-orang cenderung untuk mengartikan penderitaan tak terbayangkan yang kualami ke dalam kategori kejadian luar biasa. Penyebutan mereka terhadap derita yang kualami cenderung memprovokasi timbulnya senyum tidak percaya dan cemooh. Tentu saja mereka tidak paham karena ketidaktahuan dan belum ditemukannya obat untuk penyakit yang kuderita.

Pembebasan atas deritaku hanya dapat kuperoleh dengan menenggelamkan diriku pada sesuatu, meskipun aku tahu efek tersebut hanya sementara. Setelah pada titik tertentu, bukannya mengurangi rasa sakit, justru akan meningkatkan penderitaan yang kualami.

Siapa pun tidak akan pernah menembus rahasia penyakit yang kuderita. Karena rasa sakitnya mampu melampaui pemahaman manusia terhadap derita, seperti refleksi bayangan roh yang diwujudkan dalam koma antara kematian dan kebangkitan, antara tidur atau ketika terjaga?

Aku berharap hanya aku yang akan mengalami kasus penderitaan ini.

Aku pribadi prihatin dan merasa hancur, sepanjang hidupku aku tidak akan pernah dapat mengarahkan pikiran itu dari pikiranku. Kesan yang ditimbulkannya telah sampai pada tingkat yang melebihi pengertian manusia, dan pelan-pelan meracuni hidupku di masa akan datang.

Aku akan mencoba menjelaskan apa yang ku ingat, mengurai kembali apa yang tersisa dalam benakku dari semua urutan peristiwa yang telah kualami. Mudah-mudahan aku bisa menarik kesimpulan dari semua - tetapi tidak, semua kejadian itu telah lama berlalu. Aku mungkin berharap bisa dipercaya oleh orang lain atas apa yang kualami atau setidaknya dapat meyakinkan diriku sendiri, karena setelah semua kuungkapkan, bukan merupakan masalah lagi apakah orang lain percaya padaku atau tidak. Hanya satu ketakutanku ; bahwa besok, aku akan mati tanpa sempat mengenal diriku sendiri.

Jika aku memutuskan sekarang menulis, itu karena karena hanya ingin mengungkapkannya kepada bayangan diriku. Bayangan yang sekarang merayap hingga ke dinding dengan sikap dan nafsu tak terpuaskan untuk melahap setiap kata-kata yang telah kutuliskan.

Aku toh tetap akan mencobanya.

Siapa yang tahu? Kita mungkin dapat saling mengenal satu sama lain dengan lebih baik. Karena setelah ini, aku akan memutuskan semua ikatan yang menghubungkanku dengan manusia lainnya, dan berharap dapat mencapai pemahaman yang lebih baik bagi diriku sendiri.

Pikiran yang tidak beralasan ? Mungkin.

Mereka telah menyiksaku dengan kejam. Lebih kejam dari kenyataan yang dapat dilakukan terhadap manusia lainnya. Apakah ada yang salah bagi manusia yang telah memiliki kebutuhan dan gairah yang sama seperti yang kualami ? Apakah mereka adalah bayangan yang muncul dan selalu mengejekku ? Apakah semua yang kurasakan, lihat dan pikirkan adalah sesuatu yang abstrak dan tak berbentuk, sesuatu yang sama sekali berbeda dengan kenyataan ?

Aku tidak tahu.

Yang aku tahu, aku akan menulis untuk bayanganku yang kini terbentang di dinding karena cahaya lampu yang menerangi dan aku berkewajiban menyatakan diriku kepadanya.

By : Herman

  • Share:

0 komentar:

Post a Comment